Kamis, 13 Juni 2013

TRUE STORY


True Story

Aku ingin bercerita tentang seorang anak bernama Eloise Adrienne Anselhasana, dia seorang perempuan berambut tipis, berdagu lancip dan berhidung setengah mancung. Dia mempunyai keluarga yang sempurna, seorang ibu, ayah, kakak dan adik. Dia anak yang begitu abstrak dan selalu memikirkan sesuatu yang banyak orang tidak memikirkannya. Saat umur dia menginjak 12 tahun, kehidupan mulai berubah, dia menjadi anak yang sangat ditakuti oleh orang-orang. Dia menganggap  bahwa kehidupannya akan berjalan tanpa butuh satu orang pun didekatnya. Kehidupannya terus berjalan, dia tetap menjadi dia, dia yang selalu merasa hebat dari yang lain. Dia berteman dengan teman-teman yang menurut dia pantas dan dia merasa anak-anak yang culun tak akan pernah satu level dengan dia. Eloise dengan teman-temannya, Yiban, Aruzza, Adnirf, selalu bersama melakukan suatu hal konyol yang membuat kepala sekolah ikut turun tangan, sampai waktulah yang memisahkan mereka karna masuk sekolah menengah atas.

Dia melihat kehidupan yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.  Dia mencoba mengikuti jalan yang ia tempuh, seluruh teman sepemikirannya beda sekolah dengannya. Walaupun begitu, dia mencoba mencari teman baru dan mendapatkan  seorang wanita bermata besar bernama Anirki. Anirki satu sekolah dengan dia saat sekolah menengah pertama walau tidak terlalu dekat. Lama-kelamaan Anirki sering meninggalkannya sendiri, dan suka marah-marah apabila Eloise pergi dengan temannya yang lain, “Dasar Egois” kata Eloise.

Sampai pada satu saat dia bertemu dengan seorang teman yang bernama Hamaf bin Arhazza, dia sangat senang bertemu dengan seorang teman yang begitu sepemikiran dengannya, dia tidak peduli dengan Anirki yang amat marah melihat Eloise dengan teman barunya. “Sebenarnya bukannya aku tidak mau berteman dengan Anirki, tapi kenapa tidak Anirki saja yang mendatanginya dan sama berteman kesini”, terkadang Eloise berfikir seperti itu. Tapi sayangnya Hamaf bin Arhazza memutuskan untuk pindah sekolah, yaa sebenarnya Eloise sangat terpukul, tapi dia tidak pernah melihatkan kesedihannya didepan Hamaf, dia selalu bilang “Yaudah sanah pindah saja, bagus juga kan biar satu kelas tidak terlalu banyak”, yang dibalas tertawa oleh Hamaf.